Detail Karya Ilmiah
-
MAKNA TRADISI MUSUSI BERAS (MENCUCI BERAS) DALAM RITUAL TASYUKURAN (Studi Fenomenologi Pada Masyarakat Desa Kepuhsari Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan)Penulis : Endang Duwi PurwatiDosen Pembimbing I : Dr. Arie Wahyu P, S.Pi.,M.SosDosen Pembimbing II :Abstraksi
Endang Duwi Purwati, NIM 160521100017, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura, Skripsi ini mengankat judul tentang makna tradisi mususi beras (Mencuci Beras ) dalam ritual Tasyukuran (studi fenomenologi pada masyarakat deda Kepuhsari Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan) di bawah bimbingan Bapak Dr. Arie Wahyu Prananta. S.Pi.,M.Sos. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana makna yang terkandung dalam tradisi mususi beras (mencuci beras) dalam ritual tasyukuran oleh masyarakat desa kepuhsari kecamatan mantup kabupaten lamongan . dilihat dari sudut pandang analisis fenomenologis Alfread Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi dari Alfread schutz, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penerapan teknik pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Kemudian untuk analisis data peneliti menggunakan Steevick dan keen. Teknik pemeriksaan keabsahan data peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori fenomenlogi Alfread Schutz. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Tradisi musisi beras tersebut memiliki makna dalam kehidupan masyarakat desa kepuhsari yaitu sebagai pembersihan diri, ungkapan rasa syukur dan menjaga tradisi nenek moyang. Dan melalui kesadaran masyarakat kepuhsari melakukan tradisi ini yaitu berasal dari keluargannya dan pengalaman-pengalaman yang dapat dilihat dari semua yang dialami oleh masyarakat. Tradisi mususi beras merupakan warisan dari leluhur desa kepuhsari dan baik dilaksankan untuk itu akan dilaksanakan dan dilestarikan oleh generasi selanjutnya. Tradisi mususi beras ini sebagai warisan budaya lokal oleh masyarakat desa kepuhsari. Kata kunci : Tradisi, makna mususi beras, fenomenologi Alfread schutz
AbstractionEndang Duwi Purwati, NIM 160521100017, Sociology Study Program, Faculty of Social and Cultural Sciences, Trunojoyo University, Madura, This thesis raises the title of the meaning of the tradition of rice mususi (Washing Rice) in the Tasyukur ritual (phenomenology study in Kepuhsari deda community, Mantup District, Lamongan Regency) under the guidance of Dr. Arie Wahyu Prananta. S.Pi., M.Sos. The purpose of this study was to determine how the meaning contained in the tradition of rice mususi (washing rice) in the rituals of thanksgiving by the community of Kepuhsari village, mantup subdistrict, Lamongan regency. seen from the point of view of the phenomenological analysis of Alfread Schutz. The research method used is descriptive qualitative with a phenomenological approach from Alfread Schutz, this study uses data collection techniques namely observation, interviews, and documentation. In applying the technique of selecting informants researchers used a purposive sampling technique. Then for data analysis researchers used Steevick and Keen. The technique of checking the validity of the researcher data uses source triangulation and the theory used in this research is the Phenomenology theory of Alfread Schutz. The results of this study indicate that the meaning contained in the tradition of rice mususi is as a form of sodaqoh from the village community of Kepuhsari for family life and also the village community through the personal experiences of each informant when implementing the rice mususi tradition. The tradition of rice mususi is a legacy from the ancestors of the village of Kepuhsari and is well carried out for that to be carried out and preserved by later generations. The tradition of rice mususi is a local cultural heritage by the Kepuhsari village community. Keyword: Tradition, The meaning of rice mususi, Alfread schutz Phenomenology