Detail Karya Ilmiah

  • A Study of Javanese dialect variation spoken in Lamongan Regency
    Penulis : Sari Mardiana
    Dosen Pembimbing I : Misnadin, S.S., M.A., Ph.D.
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Studi ini menganalisis variasi leksikal yang digunakan oleh orang-orang di Kabupaten Lamongan dan kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten. Data dianalisis menggunakan teori yang diajukan oleh Chambers dan teori Trudgil (2004). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penulis menggunakan enam belas orang di Kabupaten Lamongan sebagai sumber data. Data adalah kata-kata yang digunakan oleh orang-orang di Kabupaten Lamongan yang memiliki variasi, dan kesamaan leksikal yang menonjol di antara kabupaten Brondong, Glagah, Sukorame, dan Mantup juga leksikal memiliki kata-kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, pengodean ulang, dan pencatatan. Dalam temuannya, penulis menemukan 16 data yang dapat diklasifikasikan sebagai variasi leksikal. Dari jumlah tersebut, 5 data milik kata benda dan kata-kata adalah pilihan hidup, teras, ruang tamu, dan seterusnya, 5 data milik kata kerja dan kata-kata untuk makan, untuk make up, untuk hang out, dan seterusnya, 5 data milik kata sifat dan kata-kata itu marah, lelah, dan seterusnya dan 1 data milik kata keterangan , dan kata itu adalah bagaimana. Juga, penulis menjelaskan bahwa desa-desa di kabupaten Brondong menggunakan kata-kata yang sama dan hampir tidak ada perbedaan kata-kata. Sementara itu, berbeda dengan desa-desa di kabupaten lain di Kabupaten Lamongan di Glagah, Sukorame, dan Mantup, di mana desa mereka hampir menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, disimpulkan bahwa Kabupaten Brondong memiliki kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten dan memiliki kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Dialek, variasi leksikal, peope di Kabupaten Lamongan 5 data milik kata sifat dan kata-kata marah, lelah, dan seterusnya dan 1 data milik kata keterangan, dan kata itu adalah bagaimana. Juga, penulis menjelaskan bahwa desa-desa di kabupaten Brondong menggunakan kata-kata yang sama dan hampir tidak ada perbedaan kata-kata. Sementara itu, berbeda dengan desa-desa di kabupaten lain di Kabupaten Lamongan di Glagah, Sukorame, dan Mantup, di mana desa mereka hampir menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, disimpulkan bahwa Kabupaten Brondong memiliki kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten dan memiliki kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Dialek, variasi leksikal, peope di Kabupaten Lamongan 5 data milik kata sifat dan kata-kata marah, lelah, dan seterusnya dan 1 data milik kata keterangan, dan kata itu adalah bagaimana. Juga, penulis menjelaskan bahwa desa-desa di kabupaten Brondong menggunakan kata-kata yang sama dan hampir tidak ada perbedaan kata-kata. Sementara itu, berbeda dengan desa-desa di kabupaten lain di Kabupaten Lamongan di Glagah, Sukorame, dan Mantup, di mana desa mereka hampir menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, disimpulkan bahwa Kabupaten Brondong memiliki kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten dan memiliki kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Dialek, variasi leksikal, peope di Kabupaten Lamongan Sementara itu, berbeda dengan desa-desa di kabupaten lain di Kabupaten Lamongan di Glagah, Sukorame, dan Mantup, di mana desa mereka hampir menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, disimpulkan bahwa Kabupaten Brondong memiliki kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten dan memiliki kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Dialek, variasi leksikal, peope di Kabupaten Lamongan Sementara itu, berbeda dengan desa-desa di kabupaten lain di Kabupaten Lamongan di Glagah, Sukorame, dan Mantup, di mana desa mereka hampir menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, disimpulkan bahwa Kabupaten Brondong memiliki kesamaan leksikal yang menonjol di antara empat kabupaten dan memiliki kata yang berbeda dengan kabupaten lainnya di Kabupaten Lamongan. Kata kunci: Dialek, variasi leksikal, peope di Kabupaten Lamongan

    Abstraction

    This study analyzes lexical variation used by people in Lamongan regency and the lexical similarities that stands out among four districts. The data was analyzed using the theories proposed by Chambers and Trudgil theory (2004). This study was conducted by using a descriptive qualitative approach. The writer used sixteen people in Lamongan regency as the data source. The data are words used by people in Lamongan regency who have variation, and the lexical similarities that stand out among Brondong, Glagah, Sukorame, and Mantup district also the lexical have different words with the other district. The method of collecting data is observation, interview, recoding, and noting. In the finding, the writer found 16 data that can be classified as lexical variation. Of these, 5 data belong to nouns and the words are live choals, terrace, livingroom, and so on, 5 data belong to verb and the words are to eat, to make up, to hang out, and so on, 5 data belong to adjective and the words are angry, tired, and so on and 1 data belong to adverb, and the word it is how. Also, the writer explains that villages in Brondong district use similar words and almost there are no differences in words. Meanwhile, different with villages in the other district in Lamongan regency in Glagah, Sukorame, and Mantup, where their villages are almost use different words. So, it conclude that Brondong district has lexical similarities that stands out among four district and have different word with the other district in Lamongan regency. Keyword: Dialect, lexical variation, peope in Lamongan regency

Detail Jurnal