Detail Karya Ilmiah
-
Kajian Mitos dalam Upacara Adat Satu Suro di Pamuksan Sri Aji Jayabaya Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri (Semiotik Roland Barthes)Penulis : Zainatus SholikhahDosen Pembimbing I : Wahid Khoirul Ikhwan, S.Pd., M.PdDosen Pembimbing II :Khusnul Khotimah, S.S., M.PdAbstraksi
Upacara Adat Satu Suro yang diselenggarakan di Pamuksan Sri Aji Jayabaya Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri merupakan upacara yang dilaksanakan satu tahun sekali. Upacara tersebut dilaksanakan untuk mengenang Sri Aji Jayabaya dan para leluhur. Hal yang menarik dalam penelitian ini yakni adanya mitos yang melingkupi pelaksanaan upacara.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mitos apa saja yang terdapat dalam Upacara Adat Satu Suro di Pamuksan Sri Aji Jayabaya. Pendeskripsian yang dilakukan menggunakan teori Semiotik Roland Barthes yang membahas kemunculan mitos melalui penanda dan petanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Objek yang digunakan yakni Upacara Adat Satu Suro di Pamuksan Sri Aji Jayabaya. Teknik analisis data menggunakan teknik model Miles dan Hiberman. Sedangkan pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara serta dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode dan teori. Hasil penelitian menunjukkan adanya empat mitos yang terdapat dalam lokasi upacara yakni mitos bangunan Pamuksan Sri Aji Jayabaya, Loka Moksa, Loka Busana, Loka Mahkota, serta Sendang Tirto Kamandanu. Mitos yang terdapat dalam perangkat upacara ada enam yakni, mitos 16 remaja putri, kemenyan, bunga-bunga, payung susun satu, payung susun tiga, serta pusaka Bima. Mitos dalam rangkian pra upacara yakni mitos selametan. Mitos yang terdapat dalam prosesi upacara yakni mitos tanggal satu Suro, berjalan jongkok, serta berjalan tanpa alas kaki. Selain itu, penanda yang ditemukan dalam mitos berupa representasi mental dari sebuah bangunan, benda, tanggal, orang, dan tingkah laku. Keseluruhan penanda dalam mitos yang dimunculkan berkaitan dengan petanda berupa konsep kepercayaan dari individu ataupun masyarakatnya.
AbstractionTraditional Ceremony of 1stSurowhich is held in the Pamuksan Sri Aji Jayabaya Menang Village Pagu District Kediri Regency is ceremony that is held once a year. The ceremony is held to commemorate Sri AjiJayabaya and the ancestors. The interesting thing in this research is the existence of myth surrounding in the ceremony. This study purposes to describe what myths that are exist in the traditional ceremony of 1st Suro at Pamuksan Sri Aji Jayabaya. The description which is done uses the theory of Semiotics from Roland Barthes which discusses about the emergence of myth through signifier and signified. The method which is used in this study is descriptive qualitative. The object which is employed is Traditional Ceremony of 1stSuro at the Pamuksan Sri AjiJayabaya. The technique of data analysis uses technique of Miles and Hiberman models. Meanwhile, the data collection that is used is observation, interview, and documentation. The validity of the data uses triangulation method and theory. The result of this study shows that there are four myths that are found in the location of the ceremony namely the building myth of Pamuksan Sri AjiJayabaya, LokaMoksa, LokaBusana, LokaMahkota, and SendangTirtoKamandanu. The myth contained in the ceremonial device is six, they are 16 myths of teenage girls, incenses, flowers, one stacking umbrella, three stacking umbrellas, and pusakaBima. The myth in the pre-ceremony series is the myth of selametan. The myth which is in the ceremonial procession is the myth of 1st Suro, squating down, and walking barefoot. Moreover, the signifier which is found in myth is in the form of mental representation from a building, thing, date, person, and behaviour. All of the signifiers in the myth which are appeared related to the signified in the form of the belief concept from the individual or the society.