Detail Karya Ilmiah

  • Makna Tradisi Mendhem Ari-ari Dalam Masyarakat Jawa (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Desa Sumberejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban)
    Penulis : Siti Mariya Ulfa
    Dosen Pembimbing I : Bangun Sentosa D.H., S.Sos., M.Si., Ph.D
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi untuk dapat menggali data dilapangan. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan yang sesuai kriteria peneliti, kemudian peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Serta penelitian ini dianalisis menggunakan Teori Representasi Budaya dari Stuart Hall, teori ini menjelaskan sebuah cara dimana memaknai apa yang ada dalam benda yang digambarkan karena dianggap mewakili dari suatu kebudayaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya tradisi ini merupakan bentuk perlakuan khusus terhadap ari-ari karena dianggap sebagai saudara kembar bayi yang disebut sedulur papat kelimo pancer yang artinya adalah kakang kawah ialah air ketuban, ari-ari atau yang disebut dengan adhi ari-ari, getih atau darah, tali pusar dan pancer atau sukma. Hal tersebut memberi penekanan bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian, melainkan ada empat saudara yang mendampinginya. Masyarakat melakukan tradisi ini karena mempunyai tujuan yaitu sebagai pengharapan dan keinginan orang tua untuk anaknya yang baru lahir melalui penggunaan barang-barang syarat atau uborampe yang digunakan seperti garam, bawang merah, bawang putih, minyak wangi, jarum, benang, sisir, kaca, pensil, buku, kertas tulisan Arab atau Jawa, uang logam serta mainan seperti kelereng. Kemudian diatas kuburannya ditaburi bunga, dipagari dengan bambu sebagai penanda serta di beri lampu penerangan hingga selapan selama 35 hari. Dari benda dan barang yang digunakan dalam tradisi mendhem ari-ari memiliki makna-makna sebagai simbol do’a dari orang tua untuk anaknya. Kata kunci: Makna, Tradisi Mendhem Ari-ari, Masyarakat Jawa, Teori Representasi Budaya.

    Abstraction

    This study used qualitative research methods. The researchers use the method of observation, interviews and documentation to be able to dig data in the field. The researcher used a purposive sampling technique in determining the informants who fit the criteria of the researcher, then the researcher used source triangulation to check the validity of the data obtained. And this research was analyzed using Stuart Hall’s Cultural Representation Theory, which explains a way in which things are describe because it is represent a culture. The results of this study show that this tradition is a form of special treatment for the placenta because it is considered as a twin baby called sedulur papat kelimo pancer which means that the kakang crater is amniotic water, placenta is called adhi ari-ari, getih or blood, umbilical cord and pancer or soul. This things emphasizes that humans are born into this world not alone, but there are four brothers who accompanied him. The societies does this tradition because it has a purpose, namely as the hope and desire of parents for their newborn child through the use of required items or used uborampe such as salt, onion, garlic, perfume, needle, thread, comb, glass, pencil books, Arabic or Javanese writing, coins and toys like marbles. Then on top of the grave is sprinkled with flowers, fenced with bamboo as a marker and given a light to last for 35 days. From objects and items used in the mendhem tradition placenta, they have meanings as symbols of parents prayers. Keywords: Meaning, Mendhem Ari-ari, Tradition, Javanese Society, Cultural Representation Theory.

Detail Jurnal