Detail Karya Ilmiah

  • MENGUAK PEMAHAMAN MAKNA LABA PEDAGANG SAYUR KELILING (BALIJJAH) LAKI-LAKI (STUDI FENOMENOLOGI)
    Penulis : Winda Pratiwi
    Dosen Pembimbing I : Robiatul Auliyah, S.E., MSA
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Penelitian ini bertujuan menguak kesadaran makna “laba” dari sisi laki-laki pedagang sayur keliling atau yang biasa disebut dengan balijjah sebutan bagi orang Madura sesuai dengan pemahaman kedua informan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sebagai panduan penggali jawaban yang termasuk dalam jenis fenomenologi transendental yang berfokus pada kesadaran individu dari masing-masing dua informsn pedagang sayur keliling. Temuan dari penelitian ini menyebutkan bahwa laba dimaknai sebagai materi yaitu membangun rumah merupakan wujud dari hasil menjajakan sayur dan memperbaiki perekonomian guna memenuhi kebutuhan keluarga. Kemudian laba dengan nilai spiritual dengan tidak menarifkan laba terlalu banyak demi kelancaran dagangan dengan mengingat kewajiban beribadah yang dapat mengantarkan pada kesuksesan yang tak terduga. Lalu laba sebagai bentuk rasa sosial yang dapat membantu dan mempermudah ibu-ibu ataupun mahasiswa untuk mendapatkan bahan masakan sekaligus memberikan jalan peluang rezeki bagi yang membutuhkan pekerjaan. Kata Kunci : Laba, Pedagang Sayur Keliling (Balijjah) Laki-laki, Fenomenologi

    Abstraction

    This study aims to uncover the awareness of the meaning of "profit" from the male side of the vegetable sellers or commonly referred to as the balijjah as the Madurese are according to the two informants' understanding. This research is a qualitative research with a phenomenological approach as an answer digger guide which is included in the type of transcendental phenomenology that focuses on individual awareness of each of the two vegetable vendors. The findings of this study state that profit is interpreted as material that is building a house is a manifestation of the results of selling vegetables and improving the economy to meet family needs. Then profit with spiritual value by not profiting too much profit for the smooth running of the commodity keeping in mind the obligation to worship can lead to unexpected success. Then profit as a form of social feeling that can help and make it easier for mothers or students to get cooking ingredients while providing a way of opportunity for those who need work. Keywords: Profit, Roving Vegetable Trader (Balijjah), Phenomenology

Detail Jurnal