Detail Karya Ilmiah

  • Disonansi Kognitif Pasangan Pernikahan Siji Telu di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk
    Penulis : deajeng agustina
    Dosen Pembimbing I : dr. Siti Nurfitria, S.Ked., M.Biomed
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Disonansi Kognitif Pasangan Pernikahan Siji Telu di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan dua pasangan sebagai subjek. Kriteria subjek yang diteliti adalah Masyarakat asli Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, pasangan suami istri yang sedang menjalani pernikahan Jilu, dan Usia pernikahan masih dalam tahap masa periode tahun awal pernikahan sekitar 1 hingga 10 tahun. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknik analisa data menggunakan model Miles dan Huberman, yakni dengan mereduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan adanya pertentangan pada diri subjek yang menikah siji telu seperti bingung, khawatir, cemas dan takut apabila mendapatkan malapetaka akibat menikah siji telu. Disonansi Kognitif pada pasangan pernikahan jilu dapat diukur berdasarkan beberapa aspek yaitu, inkonsistensi logis, antara pemahaman dan pengetahuan pantangan pernikahan jilu dengan perilaku keputusan tetap menjalani pernikahan jilu, pasangan pernikahan jilu mengalami pertentangan dalam dirinya karena ia mengambil suatu keputusan yang bertentangan dengan pantangan yang ia ketahui. Selanjutnya adalah aspek nilai budaya, budaya di lingkungan kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk yang mempercayai pantangan jilu menyebabkan pertentangan dalam diri subjek, antara nilai-nilai yang harus dihindari dilingkungan tersebut dengan tidak adanya kepercayaan dilingkungan lainnya. Aspek yang ketiga adalah pendapat umum, masyrakat meyakini bahwa siapapun yang melanggar pantangan pernikahan jilu akan mengalami malapetaka mulai dari kematian, rezeki hingga sulitnya memiliki keturunan, membuat pendapat subjek bahwa pernikahan jilu hanyalah mitos menjadi lemah hingga subjek mengalami perasaan yang takut serta tidak nyaman. Aspek yang terakhir yaitu pengalaman masalalu, banyaknya kejadian-kejadian dimasalalu yang dikaitkan dengan pantangan jilu membuat subjek cemas apabila mengalami malapetaka juga, namun subjek juga mengetahui bahwa ada yang berani menikah jilu namun pernikahannya baik-baik saja.

    Abstraction

    This study aims to find out the Cognitive Dissonance of married Couple “Siji Telu” in Sukomoro district, Nganjuk Regency. In this study, the researcher used qualitative research methods by case study approach. The sample determination, the researcher using purposive sampling with two pairs as the subject. The Criteria of the subjects is those who are married and live in Sukomoro District, Nganjuk regency, and the Age of marriage is still in the beginning of the wedding about one to ten years. This study was conducted in Sukomoro District Nganjuk Dregency. The Methods of data collection using semi-structured interviews and the techniques Data analysis using Miles and Huberman model, those are reducing data, data presentation, and verification or the conclusions. The result of the study shows that there are some contradictions in married couple “siji telu” such as confused, worried, anxious and afraid of the disastrous of married of siji telu. The Cognitive dissonance of marriage couple can be measured based on several aspects, namely, logical inconsistencies, between understanding and knowledge of abstinence marriage with behavioral decisions if they still conduct the marriage jilu , the married jilu had a conflict in him because they took adecision that was contrary to they knowledge of jilu abstinence. Then, the aspect of cultural values, in Sukomoro district, Nganjuk regency has culture which believes abstinence of marriage jilu causes conflict within the subject, between the values to be avoided in the environment with the other place. The third aspect is public opinion, the society believes that anyone who disobey the disastrous of marriage jilu will get some bad moments, such as death, getting hard to have a child, those make the opinion of the marriage jilu is just a myth which is being weak until the subject get experiences feelings of fear and discomfort. The last aspect is the experience in the past, there was some experiences associated with disastrous jilu make the subject will be anxious, but the subject also knows that there are dared to conduct a marriage jilu but They are still fine.

Detail Jurnal