Detail Karya Ilmiah
-
PERLAWANAN BUDAYA PERJODOHAN (Studi Kasus : di Desa Tunjung Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan)Penulis : Siti MisriDosen Pembimbing I : Merlia Indah Prastiwi, S.Sos., M. SosioDosen Pembimbing II :: Dr. Ekna Satriyati, S.S,. M.HumAbstraksi
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Tunjung, Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan dengan judul “Perlawanan Budaya Perjodohan”. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Misri, NIM. 140521100121, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura, di bawah bimbingan Ibu Merlia Indah Prastiwi, S.Sos., M.Sosio. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui Perlawanan Budaya Perjodohan di Desa Tunjung Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja sesuai keinginan, dengan catatan informan adalah orang yang mengetahui segala hal mengenai terjadinya suatu perjodohan sehingga melakukan suatu penolakan terhadap perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya. Seperti, masyarakat yang pernah dijodohkan tetapi ia menolak dengan adanya perjodohan tersebut, orang tua dari anak yang melakukan suatu penolakan dan merupakan orang yang mengetahui terjadinya perjodohan sehingga penolakan, dan tokoh masyarakat yang terdapat di Desa Tunjung Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan. Hasil penelitian diketahui bahwa: perjodohan di lakukan pada saat mereka berada di dalam kandungan, dengan suatu rencana apabila seorang ibu itu melahirkan anak perempuan dan ibu yang satunya melahirkan seorang anak laki-laki maka perjodohan tersebut akan berlansung sesuai yang direncanakan pihak kedua orang tua. Perjodohan juga dilakukan selagi ia masih bayi, dan ada pula jika seorang ibu lahir bersamaan maka anaknya di haruskan untuk di jodohkan karena sudah menjadi tradisi di desa tersebut demi menjaga suatu hubungan keluargaan supaya tidak sampai jatuh kepada orang lain. demi menjaga suatu hubungan maka anaknya mau tidak mau mereka harus melaksankannya karena sudah menjadi tradisi dan budaya yang di terapkan di Desa Tunjung. Tetapi dengan seiringnya waktu dari pihak anak yang menolak dengan perjodohan tersebut, sehingga timbul suatu pertentangan di antara kedua keluarga bahkan dari hal tersebut ada yang mengkunci anak tersebut supaya tidak mendapatkan pasangan lagi dan susah untuk bertemu pasangannya. Dengan seiring berkembangnya zaman modern di Desa Tunjung telah melakukan suatu penolakan dalam perjodohan yang telah di tentukan oleh orang tuanya, karena anak tersebut mempunyai alasan yang tepat terhadapnya. Karena menurutnya zaman modern ini tidak lagi di namakan zaman siti nurbaya yang pada dasarnya anak tersebut harus saling dijodohkan. penolakan tersebut merupakan suatu pantangan bagi orang yang melakukan penolakan tersebut. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengetahui penolakan perjodohan yang dilakukan anak terhadap rencana orang tuanya, yang telah memilihkan pasangan untuk masa depannya nanti. Kata kunci: perlawanan perjodohan, Budaya, Madura
AbstractionABSTRACT This research was conducted in Tunjung Village, Burneh District, Bangkalan Regency with the title "Resistensi of Matchmaking Culture". This research was conducted by SitiMisri, NIM. 140521100121, Sociology Study Program, Faculty of Social and Cultural Sciences, University of Trunojoyo Madura, under the guidance of Ms. Merlia Indah Prastiwi, S.Sos., M.Sosio. This study aims to: Know the Resistensi of Matchmaking Culture in Tunjung Village Burneh District Bangkalan District. The research method used is descriptive qualitative method, the selection of informants in this study is done deliberately as desired, with the informant's record is the person who knows everything about the occurrence of an arranged marriage so do a resistensi of matchmaking done by his parents. Like, the people who have been mated but he refused with the match, the parents of children who do a rejection and is a person who knows the occurrence of matchmaking so that rejection, and community leaders in the Village Tunjung Burneh District Bangkalan District. The results of the study revealed that: matchmaking is done when they are in the womb, with a plan if a mother gave birth to a daughter and the other mother gave birth to a boy then the match will be in accordance with the planned second party parents. Matchmaking is also done while he was a baby, and there is also if a mother is born at the same time the child must be in the marriage because it has become a tradition in the village in order to maintain a family relationship so as not to fall to others. in order to maintain a relationship then the child inevitably they must melaksankannya because it has become a tradition and culture that applied in the Village Tunjung. But with the time of the child who refused with the match, so there arises a contradiction between the two families even from that there is a lock the child in order not to get a partner again and hard to meet her partner. With the development of modern times in the village of Tunjung has made a rejection in matchmaking that has been determined by his parents, because the child has the right reasons against it. Because according to him modern era is no longer in the name of the age siti nurbaya which basically the child must be mutually mated. the rejection is a taboo for the person making the denial. While the purpose of this study is to know the rejection of matchmaking that children do to the plans of their parents, who have chosen a partner for his future. Keywords: Matchmaking Resistensi, Culture, Madura