Detail Karya Ilmiah
-
Dekonstruksi Makna Politik Ijo-Abang dalam Proyek Kuning-Hijauisasi di Kabupaten Jombang (Studi Semiotika Penyeragaman Warna Atribut dan Fasilitas Umum oleh Pemerintahan Bupati Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab).Penulis : Ade Julandha WiranataDosen Pembimbing I : Medhy Aginta Hidayat, S.S., M.Si., Ph.DDosen Pembimbing II :Abstraksi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dekonstruksi makna Politik Ijo-Abang yang dilakukan oleh Pemerintahan Bupati Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab dalam proyek simbolisasi warna kuning dan hijau selama lima tahun. Dekonstruksi dilakukan untuk membuka pengandaian-pengandaian metafisis yang dianggap benar, dipertahankan dan tidak dipertanyakan. Dekonstruksi dalam penelitian ini adalah penanda kuning dan hijau yang mencoba menggeser kesatuan ijo dan abang sebagai bangunan politik Bupati Suyanto-Widjono Soeparno. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika model Roland Barthes. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi langsung dan wawancara semi terstruktur. Penentuan informan dilakukan dengan purposive sampling dengan informan: Budayawan Jombang, kritikus politik, pegawai dinas, anggota DPD Partai Golkar Jombang dan aktor gerakan #SaveJombang. Analisis data dilakukan menggunakan teknik Miles dan Huberman. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan waktu. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jombang dengan observasi dari Juli 2014 sampai Januari 2018 dan wawancara pada Juni 2016 serta Januari 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna politik ijo-abang bermakna konotatif identitas politik. Penanda kuning dan hijau hadir di Kabupaten Jombang dalam berbagai bidang pasca dimenagkannya Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab dalam Pemilukada Jombang 2013. Kuning dan hijau hadir untuk menggeser oposisi biner politik ijo dan abang, serta membangun citra diri pada masyarakat tentang siapa yang sedang berkuasa. Kehadiran warna baru mendapat perlawanan dari gerakan #SaveJombang yang hanya bersifat sementara. Penanda kuning dan hijau semakin terninternalisasi dalam kegiatan masyarakat Jombang. Bangunan citra diri ini kemudian perlahan runtuh ketika Mundjidah Wahab pecah koalisi dalam Pilkada Jombang 2018 dan ditangkapnya Bupati Nyono Suharli Wihandoko oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada Februari 2018. Kata kunci: Citra diri, Kuning-hijau, Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab.
AbstractionThis research was conducted to find out the pattern of deconstruction the politics meaning of Ijo-Abang by the Regent of Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab government in the symbolization project of yellow and green color for five years. Deconstruction is done to open metaphysical presuppositions that are considered true, preserved and unquestioned. Deconstruction in this study is a yellow and green marker that tries to shift green and red color as the politics power of Suyanto-Widjono Soeparno government. The type of research that used is qualitative method with semiotics approach using the model of Roland Barthes. The data collection techniques used direct observation and semi-structured interviews. The informant's determination was done by purposive sampling with informant: Jombang?s ethnologist, political analyst, civil staff, DPD Partai Golkar Jombang?s staff and actor of #SaveJombang movement. The data analysis was done using Miles and Huberman techniques. And also the test of data validity using source and time triangulation. This study was conducted in Jombang District with observations from July 2014 to January 2018 and interviews in June 2016 and January 2018. The results show that the politics meaning of Ijo-Abang is connotative in the perspective of cultural and political identity. Yellow and green markers are present in Jombang regency in various fields once in win Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab in Jombang Election 2013. Yellow and green color present to shift the binary opposition between green and red color, and build self-image to the public about who is in power. The presence of new colors gets resistance from the #SaveJombang movement which is only temporary. Yellow and green markers are increasingly internalized in Jombang society activities. This self-image building then slowly collapsed when Mundjidah Wahab broke coalition in Jombang elections 2018 and the arrest of Regent Nyono Suharli Wihandoko by the Corruption Eradication Commission in February 2018. Keywords: Self-image, Yellow-green, Nyono Suharli Wihandoko-Mundjidah Wahab.