Detail Karya Ilmiah
-
REPRESENTASI STATUS SOSIAL DALAM TRADISI GHABAY PANGANTAN DI DESA POTERAN (Studi fenomenologi Desa Poteran Pulau Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep)Penulis : Ayu RisqiyanaDosen Pembimbing I : Hisnuddin Lubis, S.Sos., M.ADosen Pembimbing II :Abstraksi
Ghabay adalah istilah yang akrab disebut oleh masyarakat desa Poteran untuk pelaksanaan hajatan/resepsi pernikahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi status sosial dalam tradisi ghabay di desa Poteran, melihat adanya perubahan pada pelaksanaan ghabay dikalangan masyarakat desa Poteran. Ghabay yang awalnya dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus menyambung silaturahmi dengan keluarga, masyarakat. Beberapa tahun terakhir pelaksanaan ghabay menjadi ajang untuk menunjukkan diri, untuk pamer kekayaan dan kemewahan atau merepresentasi status sosial, lebih spesifikstatus sosial ekonomi masyarakat disamping untuk mendapatkan pengakuan atau prestise sosial sehingga saat ini ghabay menjadi gengsi sosial dikalangan masyarakat desa Poteran. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data melalui tiga tahapan yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dalam pelaksanaan ghabay yang saat ini menjadi ajang gengsi, masyarakat melakukan beberapa hal untuk merepresentasikan status sosialnya. Perlu diketahui bahwa masyarakat yang menunjukkan perilaku mewah dalam ghabay tidak hanya tuan rumah yang melaksanakan ghabaynamun, tamu undangan yang hadir pada saat ghabay juga menunjukkan perilaku mewah untuk merepresentasikan status sosial. Adapun bentuk-bentuk perilaku tersebut yaitu, kemeriahan acara dengan melagsungkan ghabay selama berhari-hari, menggelar hiburan yang meriah. Satu pelaksanaan ghabaymenggelar lebih dari dua hiburan dan tentunya hibuan tersebut adalah hiburan yang meriah. Seperti ludruk rukun karya, tayub, orkes dangdut dan pangantan jharan(pengantin kuda).Kemudian pada fashion, baju yang dipakai saat pelaksanaan ghabay adalah baju yang mewah dan mahal, harga baju yang dipakai mencapai 2-3 juta rupiah, jugatompangan (sumbangan) yang dibesar-besarkan, ada satu orang menyumbang sampai 20 juta rupiah. Sumbangan tidak didasarkan atas rasa ingin membantu tetapi untuk sebuah kebanggaan dan juga sebagai tabungan yang suatu saat nanti harus kembali. Serta saweran ketika hiburan tayub juga menjadi gengsi bagi masyarakat, jika tidak menyawer sampai menghabiskan uang jutaan rupiah. Bentuk representasi status sosial yang terahir yang ditunjukkan oleh masyarakat yaitu alat transportasi. Masyarakat mengendarai mobil-mobil mewah dan bermerek seperti mobil Pajero, CRV dan mobil bermerek lainnya. Semua bentukbentuk kemewahan tersebut ditunjukkan oleh masyarakat dalam pelaksanaan ghabay untuk sebuah kesenangan, kepuasan dan kebanggaan agar mendapatkan pengakuan sosial. Kata kunci: ghabay (hajatan), representasi, status sosial, prestise sosial
AbstractionGhabay is a familiar term used by people of Poteran village for the celebration or wedding reception. The aim of this study is to investigate the representation of social status on ghabay pangantan (celebration) tradition in the community of Poteran village. At first, ghabay is held to show the expression of gratitude and maintain the hospitality among the family and the society as well. However, it recently becomes an event to show off, flaunt the wealth and luxuries or represent the social status, more specifically the socioeconomic status of the community in addition to get social recognition or prestige therefore ghabay (celebration) currently becomes a social prestige in the community of Poteran village. This study is a qualitative field research. The method of data collection is observation, interview, and documentation. The informants are determined using purposive sampling method. The data analysis using three stages, they are data reduction, data presentation, and conclusion. The technique of checking the validity of data is triangulation of sources. The research findings show that the implementation of ghabay (celebration), which currently becomes a prestige event, the people do some things in order to represent their social status. For further information, it is not only the host of celebration who show off the luxuries, but the invited guests also show the fancy behavior to represent their social status. The fancy behaviors are including held a festive event for several days to celebrate ghabay, holding a lively entertainment. One celebration of ghabay could hold more than two festive entertainments, such as ludruk rukun karya, tayub, dangdutorchestra, and panganten jharan (horse bride). It also applies to the fashion, since the invited guests wear expensive and luxurious dresses, the price could be IDR 2-3 millions, furthermore, the contributions (tompangan) are also exaggerated, in fact, there are some people donate up to 20 million Rupiah for the event. Yet, Donations are not based on the desire to help but for a pride and also as a savings that someday must return. And saweran when entertainment tayub also become prestige for the community, if they do not deliver saweran, spending millions of Rupiah. The last form of social status representation reflected by society is the transportation. People drive luxury and branded cars like Pajero, CRV and other branded cars. All these forms of luxury are reflected by society in the implementation of ghabay (celebration) for a pleasure, satisfaction and pride in order to gain social recognition. Key Words: Ghabay (Celebration), representation, social status, social prestige.