Detail Karya Ilmiah

  • MAKNA AJARAN KEJAWEN PUASA WETON BAGI PENGIKUTNYA DI PADEPOKAN BUMI PERSADA DESA TAMBAK KALISOGO KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO
    Penulis : Ikke Kharisma Putri
    Dosen Pembimbing I : Bangun Sentosa D.H., Ph.D
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Ikke Kharisma Putri, 14.05.211.00028, Program Studi Sosiologi, Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Trunojoyo Madura. Skripsi ini berjudul “Makna Ajaran Kejawen Puasa Weton Bagi Pengikutnya Di Padepokan Bumi Persada Desa Tambak Kalisogo Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo” Ajaran kejawen merupakan ajaran warisan dari nenek moyang asli Indonesia. Ajaran kejawen meliputi tentang tingkah laku atau lelaku yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Padepokan Bumi Persada sejak tahun 1983 sudah mengajarkan ajaran kejawen seperti puasa weton kepada pengikutnya. Dan Padepokan Bumi Persada juga berupaya untuk mempertahankan warisan budaya dari nenek moyang agar tidak luntur diterpa oleh jaman. Puasa weton dilakukan untuk mengingat hari kelahirannya dan sedulur papat (yang sudah ada dialam rahim). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggali data dilapangan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan peneliti juga menggunakan teknik purposive sampling untuk menemukan informan yang masuk dalam kriteria peneliti kemudian data yang sudah di peroleh di periksa keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Peneliti juga menggunakan Teori Interaksi Simbolik merupakan suatu aktivitas komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasannya pengikut di Padepokan Bumi Persada ini tidak diharuskan untuk melakukan puasa weton namun kebanyakan mereka melakukannya dan diturunkan kepada anak dan istrinya. Padepokan Bumi Persada dalam mempertahankan ajaran kejawen puasa weton ditunjukkan dengan setiap hari kelahirannya sesuai dengan hari dan pasarannya pengikutnya selalu melakukan puasa weton secara rutin yang dilakukan selama 1 hari penuh dan akan terulang setiap 35 hari sekali orang Jawa menyebutnya selametan. Dan menggunakan ritual-ritual dan syarat-syarat sebelum melakukan puasa weton seperti mandi untuk menghilangkan segala kotoran yang ada di diri kita, membuat bubur merah, bubur tolak, bubur sengkolo, bunga setaman, kinangan, kopi dan air putih. Kata Kunci: Makna, Ajaran Kejawen, Puasa weton, Teori Interaksi Simbolik, Sidoarjo.

    Abstraction

    Ikke Kharisma Putri, 14.05.211.00028, Sociology Studi Program, majors of social and cultural sciences, faculty of social and cultural sciences, University of Trunojoyo Madura. Under the title "The Meaning Of The Teachings Of Weton Fasting Kejawen For His Followers In The Bumi Persada Hermitage Village Tambak Kalisogo Jabon District, Sidoarjo Regency". The teachings of which were inherited from ancestors Kejawen in Indonesia. The Kejawen convering about mannerisms or lelaku correct in daily lives. Bumi Persada Hermitage since 1983 have taught Kejawen as weton fast to disciples of Kejawen. Bumi Persada Hermitage seeks to maintain cultural heritage from ancestors so that they do not wear off are blown away by the of fossilized. Fast weton carried out of their birth day and sedulur papat (which already exist in the uterus). The qualitative method deskriptif was used in the study. Researchers digging synchronize data by using the method observation, interview, and documentation. And in this research using purposive sampling technique to find informants in research criteria then the data has collected the validity of the his examined with using a triangulation technique of the sources and a method triangulation. Researchers also use the theory the Symbolic Interaction is a communication activity or exchange of symbols that are given meaning. This reseach result indicates that pursuivant at Bumi Persada Hermitage is not required conducting fasting month weton although the majority of them to do it and has been revealed to his wife and children. Bumi Persada Hermitage in defending the fasting kejawen weton indicated by every their birth day in accordance with the day and pasarannya, the pursuivant always fast for weton on a routine basis to that have been undertaken by for one day full and will happen every 35 days Javanese call it selametan. And use a rituals and the requirements before fast weton as a bath to relieve them of their the feces which are have ourselves, make red pulp, turning pulp, sengkolo pulp, setaman flowers, kinangan, coffe and white water. Keywords: Mean, The Kejawen, Fast Weton, The Theory the Symbolic interaction, Sidoarjo.

Detail Jurnal