Detail Karya Ilmiah

  • PEMETAAN DAERAH POTENSIAL KEMUNCULAN HIU PAUS (Rhincodon typus) MENGGUNAKAN GENERALIZED ADDITIVE MODEL (GAM) DAN DATA INDIRECT VARIABLE PADA DUA LOKASI YANG BERBEDA
    Penulis : Hendrik Cahyono
    Dosen Pembimbing I : Achmad Fachruddin Syah, S. Pi., M. Si., Ph. D
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    Hiu paus merupakan spesies hiu yang dilindungi dengan status konservasi Endangered (terancam punah) menurut lembaga konservasi alam internasional IUCN (the International Union Conservation of Nature) tahun 2017. Probolinggo dan Berau adalah dua wilayah di Indonesia yang perairannya sering dijumpai hiu paus yang muncul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami distribusi hiu paus, variabel lingkungan yang paling berpengaruh, serta daerah potensial kemunculan hiu paus di perairan Kabupaten Probolinggo dan Berau. Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah posisi hiu paus di Probolinggo tahun 2018 dan data sekunder adalah posisi hiu paus di Berau dari Whale Shark Indonesia Project tahun 2015 dalam tesis Himawan (2017), serta data indirect variable (Depth, Slope, Distance from Coast). Metode yang digunakan adalah menggunakan Generalized Additive Model (GAM). Hasil dari GAM menunjukkan kemunculan hiu paus di Probolinggo dipengaruhi oleh kedalaman 5-20 meter, kemiringan dasar laut 0,6-0,8°, dan jarak dari pantai 0,8-3 km. Sedangkan di Berau dipengaruhi oleh kedalaman 13-32 meter, kemiringan dasar laut 0,05-0,3°, dan jarak dari pantai 3-14 km. Data indirect variable yang paling berpengaruh terhadap kemunculan hiu paus di Probolinggo adalah jarak dari pantai, sedangkan di Berau adalah kedalaman. Sebaran daerah potensial kemunculan hiu paus di perairan Berau lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan Probolinggo.

    Abstraction

    Whale shark is a shark species that are protected with a conservation status endangered according to International nature conservation agencies IUCN (the International Union Conservation of Nature) in 2017. Probolinggo and Berau are two regions in Indonesia that is waters often encountered whale sharks that appeared. The purpose of this research is to understand the distribution of whale sharks, the most influential environmental variables, as well as potential emergence of a whale shark in the waters of the Regency of Probolinggo and Berau. The data used include primary and secondary data. Primary data is the position of the whale shark in Probolinggo years 2018 and secondary data is the position of the whale shark in Berau from Whale Shark Indonesia Project in 2015 year in thesis Himawan (2017), as well as indirect variable data (depth, slope, distance from coast). The method used is to use Generalized Additive Models (GAM). The results of the GAM showed the appearance of a whale shark in Probolinggo is affected by the depth of 5-20 meters, the slope of the sea floor 0,6-0,8°, and the distance from coast is 0,8-3 km. Whereas in Berau is affected by the depth of 13-32 meters, the slope of the sea floor 0,05-0,3°, and distance from coast 3-14 km. Indirect variable data the most influence on the appearance of a whale sharks in Probolinggo is the distance from coast, whereas in the Berau is depth. Regional distribution of potential occurences of whale sharks in the waters of Berau higher than in the waters of Probolinggo.

Detail Jurnal