Detail Karya Ilmiah

  • Konstruksi Sosial Perilaku Mengemis (Studi di Desa Branta Tinggi Dusun Palanggaran Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan)
    Penulis : Endriani Suparlina
    Dosen Pembimbing I : Dr. Mutmainnah, S.Sos., M.Si
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    ABSTRAK Endriani Suparlina 130521100003. Program Studi Sosiologi Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya. Universitas Trunojoyo Madura. Konstruksi Sosial Perilaku Mengemis. (Studi di Dusun Palanggaran, Desa Branta Tinggi, Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan). Dusun Palanggaran Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan merupakan dusun yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai pengemis. Perilaku mengemis yang ada di Dusun Palanggaran merupakan tradisi turun temurun dari generasi ke generasi, dengan mengemis warga dapat tercukupi kebutuhan hidupnya bukan hanya kebutuhan utamanya saja tetapi kebutuhan sampingan juga dirasa terpenuhi. Disini akan dijelaskan secara mendalam terkait dengan Konstruksi Sosial Perilaku Mengemis di Dusun Palanggaran dengan menggunakan analisis teori dari Peter L. Berger yaitu Konstruksi Sosial dengan menggunakan tiga proses yaitu Eksternalisasi, Obyektivasi, dan Internalisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, dengan sebuah pendekatan Fenomenologi. Informan yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan teknik snawball sampling dan sumber data yang di dapatkan dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data menggunakan observasi non partisipatif, wawancara mendalam (indepth interview). Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku mengemis yang ada di Dusun Palanggaran Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan sejak lama, sehingga mengemis menjadi suatu kebiasaan turun-temurun yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Dusun Palanggaran. Hal tersebut terjadi pada awal mulanya karena adanya suatu kutukan dari seorang Kiyai bernama Ki Moko yang mengutuk warga Dusun Palanggaran menjadi miskin dan mengemis. Seiring berjalannya waktu kehidupan pengemis yang pada mulanya memang mlarat, sampai kehidupannya dapat dikatakan sudah mampu, mereka masih tetap saja mengemis sampai sekarang. Hingga saat ini kutukan pada jaman dahulu menjadi suatu alasan mereka bertahan hidup sebagai pengemis. Sampai pada akhirnya pekerjaan mengemis dirasa nyaman untuk dijalani tanpa harus bekerja keras, dan menjadi suatu kebiasaan yang tidak dapat dihentikan. Kata Kunci : Konstruksi, Perilaku, Mengemis

    Abstraction

    ABSTRACT Endriani Suparlina 130521100003. Sociology Study Program, Faculty Of Culture And Social Science. University Of Trunojoyo Madura. Social Construction Of Begging Behavior (Study in Palanggaran Hamlet, Branta Tinggi Village, Tlanakan District, Pamekasan Regency). Palanggaran Hamlet, Branta Tinggi Village, Tlanakan District, Pamekasan Regency is a Hamlet that the majority of its people work as beggars. The begging behavior in the Palanggaran Hamlet is a tradition from generation to generation, by begging the people can be fulfilled their nees not only the main needs but also the side needs also in the sense of being fulfilled. Here will be explained in depth related to the Social Construction Of Begging Behavior in the Palanggaran Hamlet by using the theory analysis from Peter L. Berger is Social Construction using three processes namely Externalization, Objectivation, and Internalization. The research method used is descriptive qualitative method, with a Phenomenology approach. Informants selected in this study using Snawball Sampling technique and data sources obtained from primary data and secondary data. Data collection using Non Participative observation, in-depth interviews. Data analysis used is data reduction, data presenntation, and conclusion. Techniques of checking the validity of data using source triangulation. The results showed that the behavior of begging in the Palanggaran Hamlet, Branta Tinggi Village, Tlanakan District, Pamekasan Regency into a hereditary habits that until now still done by the community Palanggaran Hamlet. It happened at the beginning because of a from a Kiyai named Ki Moko who condemned Palanggaran villagers poor and begging. As the life of beggars begins to mangle, until their lives can be said to be capable, they are still begging until now. Until today the curse of antiquity became a reason they survived as beggars. Until at last the begging job feels comfortable too live without having to work hard, and become an unstoppable habit. Keywords : Construction, Behavior, Begging

Detail Jurnal