Detail Karya Ilmiah

  • MONITORING KEADAAN UDARA MENGGUNAKAN UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) BERBASIS WAYPOINT
    Penulis : Achmad Suroto
    Dosen Pembimbing I : Achmad Ubaidillah, Ms, S.T., M.T.
    Dosen Pembimbing II :Miftachul Ulum S.T., M.T.
    Abstraksi

    Kurangnya perhatian terhadap gas berbahaya seperti karbonmonoksida (CO) dan partikel debu (PM10) dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup yang menghirupnya. Dengan bertambahnya industri semakin besar tingkat pencemaran udara. Sistem monitoring keadaan udara industri umumnya dilakukan dengan cara menempatkan sensor pada titik-titik tertentu sehingga tidak efisien dan membuang banyak biaya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu alat yang dapat memonitoring keadaan udara di tempat-tempat sulit yang tidak dapat dijangkau oleh manusia yang diimplementasikan pada Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau quadcopter merupakan salah satu jenis pesawat yang digunakan untuk terbang dan dapat bergerak secara otomatis sesuai dengan sistem navigasi berdasarkan kompas dan posisi Global Positioning System (GPS) atau disebut waypoint sehingga quadcopter dapat berjalan secara otomatis tanpa remote. Penggunaan sensor gas karbonmonoksida (MQ-7) dan sensor partikel debu (GP2Y1010AU0F) dapat membantu quadcopter untuk monitoring keadaan udara secara otomatis. Pengujian hasil monitoring dilakukan dengan membandingkan alat ukur di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sebagai acuan. Data yang dihasilkan dari sensor gas MQ-7 dan sensor debu GP2Y1010AU0F dikirmkan menggunakan telemetry 915 MHz kemudian diolah di PC/Laptop menggunakan metode fuzzy sugeno untuk menentukan output dari keadaan udara. Hasil pengujian menunjukkan kesalahan rata-rata monitoring untuk gas karbonmonoksida 3.31% dan partikel debu 8.47%. Dan kesalahan waypoint sebesar 2-5 meter. Kata Kunci—quadcopter, waypoint, sensor gas, sensor debu, keadaan udara.

    Abstraction

    The lack of attention to the harmful gas such as karbonmonoksida (CO) and particulate matter (PM10) dust can give impact to the environment and living creatures that inhale it. With increasing industry the greater the level of air pollution. Monitoring the air condition industry is generally done by placing the sensor at certain points so inefficient and throwing out a lot of costs. Therefore it needs a tool that can monitor the State of the air in places hard that cannot be reached by a human being implemented on the Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Unmanned Aerial Vehicle (UAV) or quadcopter is one of the types of aircraft used to fly and can move automatically in accordance with the navigation system based on compass and positioning of Global Positioning System (GPS) waypoint called so quadcopter can run automatically without the remote. The use of karbonmonoksida gas sensor (MQ-7) and sensor dust particles (GP2Y1010AU0F) can help quadcopter to automatic air condition monitoring. Testing the results of monitoring carried out by comparing the measuring tool on Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur as a reference. The data generated from gas sensor MQ-7 and the dust sensor GP2Y1010AU0F emailed using telemetry 915 MHz are then processed on the PC/Laptop using fuzzy sugeno method to determine the output of air quality. The test results showed the average error monitoring for gas karbonmonoksida 3.31% and 8.47% of the dust particles. And a waypoint error of 2-5 meters. Keywords: quadcopter, waypoint, gas sensors, dust sensor, air condition.

Detail Jurnal