Detail Karya Ilmiah
-
Tinjauan Hukum Islam terhadap Jaza’ul Ihsan (Balas Budi) pada produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura kabupaten SumenepPenulis : Hendri PriyatnaDosen Pembimbing I : H. Ach. Mus’if,S.HI., M.ADosen Pembimbing II :Shofiyun Nahidloh, S.Ag., M.HIAbstraksi
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Jaza’ul Ihsan (Balas Budi) pada produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura kabupaten Sumenep” ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : bagaimana penerapan pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura kabupaten Sumenep ? Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap Jaza’ul Ihsan (balas budi) pada produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura kabupaten Sumenep? Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara dan dokumentasi tentang penerapan pembiayaan serta anjuran penarikan Jaza’ul Ihsan seikhlasnya pada produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura kabupaten Sumenep yang selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif analisis yakni menggambarkan atau menjelaskan fakta yang terjadi di KSPPS BMT NU Gapura kemudian dianalisa dengan Hukum Islam. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, penerapan produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura masih bersifat komersial, karena di dalamnya terdapat penarikan barang jaminan yang dilakukan oleh pihak BMT NU Gapura (muqridh) kepada mitra (muqtaridh), selain itu juga ada survei yang dilakukannya, dan anjuran untuk memberikan balas budi (Jaza’ul Ihsan) seikhlasnya yang dilakukan di awal akad, sebagaimana yang tercantum dalam draft akad pembiayaannya pada pasal 1 tentang Jaza’ul Ihsan dan pada saat pengucapanshighat akad.Dalam teori Hukum Islam ataupun perbankan syariah,Al-Qardhul Hasan ini bukanlah transaksi komersial atau akad tijari, akan tetapi, ia dikategorikan dalam akad tathawwui atau akad saling membantu yang sumber dananya yaitu berasal dari dana sosial murni yaknidana infaq, zakat, dan shadaqah. Pandangan Hukum Islam terhadap Jaza’ul Ihsan (balas budi) pada produk pembiayaan Al-Qardhul Hasan di KSPPS BMT NU Gapura adalah tidak sesuai, karena anjuran memberikan balas budi seikhlasnya tersebut dilakukan di awal akad oleh pihak BMT (muqridh) kepada mitra (muqtaridh), sedangkan yang dimaksudkan oleh Hukum Islam Jaza’ul Ihsan (balas budi) dalam utang piutang adalah benar-benar murni atas dasar inisiatif atau kemauan mitra (muqtaridh) sendiri, bukan karena permintaan ataupun anjuran dari pihak pemberi hutang (muqridh). Kata Kunci : Al-Qarhul Hasan, Jaza’ul Ihsan, Hukum Islam.
AbstractionThe thesis entitled “The Overview of Islamic Law against the Jaza’ul Ihsan (Reciprocation) on the Al-Qardhul Hasan Financing Products at KSPPS BMT NU Gapura Sumenep Regency” is the result of field research to answer the questions: how the financing implementation of Al-Qardhul Hasan at KSPPS BMT NU Gapura Sumenep Regency? How the view of Islamic Islam against Jaza’ul Ihsan (reciprocation) on the Al-Qardhul Hasan financing products at KSPPS BMT NU Gapura Sumenep Regency? The data of this study are collected by doing observation, interview, and documentation about the financing implementation and suggestion of collecting a sincere Jaza’ul Ihsan on the Al-Qardhul Hasan financing products at KSPPS BMT NU Gapura Sumenep Regency which next is analyzed by using descriptive analysis method, that is describing and explaining the facts which occur at KSPPS BMT NU Gapura, then it is analyzed by Islamic Law. The results of this study state that the implementation of Al-Qardhul Hasan financing products at KSPPS BMT NU Gapura is still commercial because there is a collateral collecting by BMT NU Gapura (muqridh) to the partner (muqtaridh), besides that there is a survey and suggestion to give a sincere reciprocation (Jaza’ul Ijsan) which have done at the beginning of the contract as it is stated in the draft financing contract article 1 about Jaza’ul Ihsan and at the shighat of contract pronunciation. In the theory of Islamic Law or Islamic banking, Al-Qardhul Hasan is not a commercial transaction or tijari contract, but it is categorized in tathawwui contract or mutual aid which the funds are from pure social fund, such as infaq, zakat, and shadaqah. The View of Islamic Law against Jaza’ul Ihsan (reciprocation) on the Al-Qardhul Hasan financing products at KSPPS BMT NU Gapura is not appropriate because the suggestion to give the sincere reciprocation is done at the beginning of the contract by BMT (muqridh) to the partner (muqtaridh), whereas what is stated by Islamic Law is that Jaza’ul Ihsan (reciprocation) in debts is purely on the basis of the initiative of the partner (muqtaridh) himself, not the request or suggestion of the creditor (muqridh). Keywords : Al-Qarhul Hasan, Jaza’ul Ihsan, Islamic Law.