Detail Karya Ilmiah

  • TRADISI NGANYARE KABHIN PADA MASYARAKAT MADURA (Studi Desa Buddagan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan)
    Penulis : WAHYU APRIYANI
    Dosen Pembimbing I : Dr. Uswatun Hasanah S.H., M.HUM
    Dosen Pembimbing II :
    Abstraksi

    ABSTRAK Pelaksanaan Perkawinan disetiap daerah di Indonesia mempunyai adat yang berbeda-beda, di Madura terdapat adat memperbarui perkawinan yang dikenal dengan istilah nganyare kabhin yang telah menjadi tradisi yang dilakukan turun temuruh di Desa Buddagan Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jadi Sepasang suami isteri yang sudah menikah rata-rata melakukan Nganyare kabhin, Nganyare kabhin sendiri dilakukan tanpa menghadirkan petugas dari Kantor Urusan Agama karena tidak melakukan perubahan pada catatan akta nikah tetapi sekedar memperbaharui dengan cara akad ulang, lazimnya akad dilakukan satu kali seumur hidup, ketika suami isteri melakukan akad lagi maka perkawinan pertama sudah harus putus terlebih dahulu, karena itu permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini Mengapa Masyarakat Desa Buddagan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan melaksanakan nganyare kabhin dan Apakah tradisi nganyare kabhin berpengaruh pada tradisi Perkawinan di Desa Buddagan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan ? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Empiris dengan metode pendekatan fakta yang ada dilapangan. Dari kajian yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa Masyarakat Desa Buddagan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan melakukan nganyare kabhin karena sering terjadi pertengkaran dengan nganyare kabhin pasangan suami isteri percaya dapat melancarkan rejeki dan menjaga keharmonisan rumah tangga selain juga dalam rangka melestarikan dan menjaga nilai budaya yang sudah dilakukan turun temurun, Nganyare kabhin ditinjau dari syarat-syarat dilangsungkannya suatu perkawinan yaitu umur 19-21 Tahun, Sepakat, Tidak terikat perkawinan dengan orang lain, maka nganyare kabhin tidak bertentangan dengan undang-undang perkawinan karena semua syarat-syarat tersebut dipenuhi sehingga Nganyare kabhin boleh dilakukan. Kata Kunci : Nganyare kabin, Hukum Adat, Perkawinan

    Abstraction

    ABSTRACT The implementation of marriage in each region in Indonesia has different customs, in Madura there is a custom renewing the marriage known as nganyare kabhin which a tradition that carried in the Buddagan Village Pademawu District, Pamekasan Regency, a married couple doing Nganyare kabhin on average, Nganyare kabhin itself done without presenting officers from the Office of Religious Affairs because it does not make changes to the marriage certificate but only renews it by reconciliation, usually the contract is done once in a lifetime, when the husband and wife do contract again the first marriage must break up first, because of that the problem raised in this thesis is why the Buddagan Village Community in Pademawu Subdistrict Pamekasan Regency carries out the tradition of nganyare kabhin and Is the tradition of nganyare kabhin in Buddagan Village Pademawu Pamekasan Concerning Marriage? The research method used is empirical research with the fact approach method in the field. From the study conducted by the authors it can be concluded that the Buddagan Village Community in Pademawu Subdistrict Pamekasan Regency conducted nganyare kabhin because frequent quarrels with nganyare kabhin husband and wife believe they can make fortune and maintain household harmony in addition to preserving tradition and maintaining cultural values that have been carried out hereditary, the Nganyare kabhin tradition in terms of the conditions for a marriage that is aged 19-21 years, agree, not bound to marriage with other people, then the tradition of nganyare kabhin does not conflict with the marriage law because all these conditions are fulfilled so that Tradition Nganyare kabhin can be done. Keywords: Kabhin tradition, customary law, marriage

Detail Jurnal