Detail Karya Ilmiah
-
AGRESIVITAS REMAJA PUTRI AKIBAT TRADISI TAN-MANTANAN dI DESA POTERAN, KECAMATAN TALANGO, KABUPATEN SUMENEPPenulis : SAFINATUN NURIDosen Pembimbing I : YAN ARIYANI, S.PSI., M.PSI., PSIKOLOGDosen Pembimbing II :Abstraksi
AGRESIVITAS REMAJA PUTRI AKIBAT TRADISI TAN-MANTANAN dI DESA POTERAN, KECAMATAN TALANGO, KABUPATEN SUMENEP SAFINATUN NURI Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura Email : Safinatun.Nuri@yahoo.com ABSTRAK . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Agresivitas remaja Akibat Tradisi Tan-mantanan dan faktor apa saja yang menyebabkan remaja melakukan agresi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan tiga orang subjek dengan karakteristik penelitian remaja yang melakukan tradisi tan-mantanan, remaja akhir yang berusia 19-22 tahun, remaja yang melakukan pemberontakan untuk membatalkan pertunangan, remaja perempuan dan remaja penduduk asli Desa Poteran. Adapun penentuan sampel dalam penelitian menggunakan purposive sampling, serta teknik pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknis analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yakni dengan mereduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian gambaran agresivitas remaja akibat tradisi tan-mantanan. 1. Verbal aggression. subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan melakukan perlawanan kepada orang tua seperti mendesak orang tua, tunangan dan mertua membatalkan pertunangan dan melakukan penghinaan kepada tunangan. 2. Anger . Subjek melampiaskan bentuk kemarahannya seperti tidak melakukan komunikasi dengan orang tua, tidak menghampiri tunangan pada saat berkunjung kerumahnya dan subjek tidak mau tidur di rumahnya. 3. Hostility. Subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan semakin tidak menyukai orang tua, mertua dan juga tunangan karena tetap mempertahankan pertunangan dan emosi subjek semakin meningkat karena tunangan semakin memberikan perhatian kepada subjek. 4. Physical agression. Subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan semakin melakukan perlawanan kepada orang tua dan juga tunangan seperti menampar dan mendorong tunangan. Faktor pendukung agresivitas remaja akibat tradisi tan-mantanan adalah 1. Faktor amarah. Subjek tidak menyukai sifat tunangan. 2. Faktor belajar social alas an remaja melakukan agresi disebabkan atas meniru teman-temannya yang berperilaku negatif untuk membatalkan pertunangan. Kata Kunci: Agresivitas, remaja yang melakukantradisitan-mantanan Pustaka : 18 (2001-2014)
AbstractionAGRESIVITAS REMAJA PUTRI AKIBAT TRADISI TAN-MANTANAN dI DESA POTERAN, KECAMATAN TALANGO, KABUPATEN SUMENEP SAFINATUN NURI Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura Email : Safinatun.Nuri@yahoo.com ABSTRAK . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Agresivitas remaja Akibat Tradisi Tan-mantanan dan faktor apa saja yang menyebabkan remaja melakukan agresi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan tiga orang subjek dengan karakteristik penelitian remaja yang melakukan tradisi tan-mantanan, remaja akhir yang berusia 19-22 tahun, remaja yang melakukan pemberontakan untuk membatalkan pertunangan, remaja perempuan dan remaja penduduk asli Desa Poteran. Adapun penentuan sampel dalam penelitian menggunakan purposive sampling, serta teknik pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknis analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yakni dengan mereduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian gambaran agresivitas remaja akibat tradisi tan-mantanan. 1. Verbal aggression. subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan melakukan perlawanan kepada orang tua seperti mendesak orang tua, tunangan dan mertua membatalkan pertunangan dan melakukan penghinaan kepada tunangan. 2. Anger . Subjek melampiaskan bentuk kemarahannya seperti tidak melakukan komunikasi dengan orang tua, tidak menghampiri tunangan pada saat berkunjung kerumahnya dan subjek tidak mau tidur di rumahnya. 3. Hostility. Subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan semakin tidak menyukai orang tua, mertua dan juga tunangan karena tetap mempertahankan pertunangan dan emosi subjek semakin meningkat karena tunangan semakin memberikan perhatian kepada subjek. 4. Physical agression. Subjek yang melakukan tradisi tan-mantanan semakin melakukan perlawanan kepada orang tua dan juga tunangan seperti menampar dan mendorong tunangan. Faktor pendukung agresivitas remaja akibat tradisi tan-mantanan adalah 1. Faktor amarah. Subjek tidak menyukai sifat tunangan. 2. Faktor belajar social alas an remaja melakukan agresi disebabkan atas meniru teman-temannya yang berperilaku negatif untuk membatalkan pertunangan. Kata Kunci: Agresivitas, remaja yang melakukantradisitan-mantanan Pustaka : 18 (2001-2014)