Detail Karya Ilmiah

  • Abstraksi

    Bagi kalangan masyarakat Madura, pernikahan diusia muda merupakan hal yang sudah biasa. Perekembangan teknologi memiliki pengaruh dalam mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan. Mayoritas perempuan yang tinggal di desa disegerakan untuk menikah karena masyarakat desa beranggapan dengan segera menikahkan anaknya dapat membantu perekonomian keluarga serta menghindari aib keluarga seperti perzinahan bahkan sebutan perawan tua. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Data diperoleh dari sumber data primer yaitu wawancara terhadap pasangan nikah muda, pasangan orang tua nikah muda, dan tokoh masyarakat, data sekunder yaitu sumber -sumber lain yang mendukung penelitian seperti buku referensi dan jurnal. Hasil penelitian menemukan bahwa pernikahan usia muda di Desa Kebun dianggap suatu hal yang wajar dan bisa dikatakan sebuah tradisi nenek moyang yang sudah dilakukan sejak dulu. Pernikahan usia muda di Desa kebun dilakukan terutama pada anak perempuan agar terhindar dari sebutan perawan tua yang diberikan oleh masyarakat serta agar terhindar dari pergaulan bebas. Yang membedakan pernikahan usia muda di Desa Kebun saat ini dengan pernikahan usia muda sebelumnya, jika dulu anak menikah karena sebuah perjodohan, saat ini justru anak menikah diusia muda atas dasar keinginan sendiri. Salah satu penyebabnya yakni pergaulan remaja saat ini yang terlalu bebas dikarenakan adanya pengaruh teknologi. Kata Kunci: Pernikahan Usia Muda, Persepsi, Madura

    Abstraction

    For the Madurese community, marriage at a young age is a normal thing. Technological development have an influence in making decisions for marriage. The majority of women who live in the village are hastened to get married because people assume that immediately marrying off their children can help the family’s economy and to avoid family disgrace such as adultery and even as spinsters. The Data were obtained from primary data sources, namely interviews with young married couples, couples of young married parents, and community leaders, secondary data, namely other sources that supported research such as reference books and journals. The results of the study found that young marriages in Kebun village were considered a natural thing and could be said of a tradition of ancestors that had been done long ago. Young marriages in the village gardens are carried out mainly for girls to avoid the term spinster given by the community and to avoid promiscuity. What distinguishes young marriages in the Kebun village today from previous marriage, if the child is married for a marriage, encouragement, nowadays children are married at a young age based on their own desires. One of the causes is teenage relationships today that are too free due to the influence of technology. Keywords: Young Age Marriage, Perception, Madura

Detail Jurnal