Detail Karya Ilmiah
-
GAYA HIDUP ELIT DESA (Studi Deskriptif, Kelurahan Dalpenang, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang)Penulis : HASRUL ISWAHYUDIDosen Pembimbing I : Syamsu Budiyanti, S.Sos., M.SiDosen Pembimbing II :Abstraksi
ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang mengacu pada paradigma definisi sosial, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami gambaran gaya hidup elit birokrat, bagaimana elit birokrat memahami makna terhadap perilaku yang dilakukannya dalam melakukan interaksi dengan masyarakat. Penelitian ini diselenggarakan di wilayah Kabupaten Sampang, dengan mengambil lokasi di lingkungan Kelurahan Dalpenang Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang. Sukyek penelitian ini adalah Lurah Dalpenang dan Wakil Lurah Dalpenang, Sekretaris Kelurahan, pejabat eselon II dan III yang menduduki posisi strategis. Dengan pertimbangan bahwa pemilihan subyek tersebut dapat menjawab permasalahan mengenai gambaran gaya hidup dua kelompok pengumpulan data, yakni data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui buku-buku, artikel, hasil-hasil penelitian sebelumnya observasi dan wawancara mendalam dengan subyek penelitian. Teknis analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis domain, taksonomi dan komponensial. Dari temuan data yang diperoleh melalui seperangkat daftar pertanyaan maupun melalui wawancara mendalam terhadap subyek penelitian, telah didapat kenyataan sebagai berikut : Gaya hidup yang mengarah pada pola hidup konsumtif telah terjadi dalam wujud kecenderungan mengkonsumsi barang kebutuhan secara ekspresif dan beraspek erzats. Pola gaya hidup yang dikembangkan elit birokrat, merupakan bentuk resistensi terhadap kemapanan kontruksi sosial masyarakat hal ini sejalan dengan pemikiran Mike Fitherstone, bahwa aspek pola konsumsi masyarakat kota tidak hanya diarahkan demi memenuhi kebutuhan riil atau transaksi ekonomi murni, tetapi juga demi status dan gengsi. Dari hasil temuan data diperoleh informasi bahwa dari segi kesempatan sebagian besar subyek penelitian tidak mempunyai kesempatan setiap hari berbelanja, khususnya berbelanja ke pusat-pusat perbelanjaan yang ada di kota Surabaya, sedangkan untuk ke pasar sebagian besar subyek penelitian menugaskan pembantu rumah tangga untuk berbelanja. Akan tetapi sebagian besar subyek penelitian tidak mempermasalahkan faktor harga, jarak tempuh, alat transportasi dan waktu. Dalam mengkonsumsi barang sebagian besar tidak memperhatikan faktor harga, karena dalam kehidupan sehari-hari mempunyai pendapatan yang lebih dari cukup. Mayoritas subyek penelitian tidak mengenal skala prioritas dalam mengkonsumsi barang. Yang paling utama mereka perhatikan adalah faktor kenyamanan, kualitas, kelengkapan, dan prestise. Hal ini tercermin dalam perilaku berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan seperti SOGO dan pusat perbelanjaan yang lain. Kehidupan kota yang penuh dengan aktifitas kerja yang padat, kegiatan rekreasi menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi para elit birokrat. Hal ini terlihat dari motivasi dalam melakukan kegiatan rekreasi bersama keluarga ddan teman, xii yaitu untuk melepas kepenatan dan ketegangan fisik dan rohani, dan tidak sedikit yang memiliki motivasi untuk meningkatkan status dan gengsi. Tanah dan rumah yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, membuat hampir seluruh subyek penelitian berlomba-lomba untuk memiliki tanah dan rumah lebih dari satu. Motivasi dalam kegiatan tersebut, yaitu untuk investasi di masa yang akan datang dan tidak sedikit yang memiliki motivasi untuk meningkatkan status dan gengsi. Dari lokasi pemilikan tanah dan rumah pun berada di lokasi-lokasi strategis dan elit, baik di dalam kota maupun diluar kota seperti surabaya, malang dan batu. Kedudukan dan jabatan dalam karier menjadi lahan untuk meningkatkan status sosial dan gengsi di masyarakat. Hal menarik yang diperoleh di lapangan, telah terjadi sebuah praktek jual beli jabatan di lingkungan pemerintah daerah kabupaten sampang, untuk menduduki jabatan yang strategis atau basah tiap individu harus mengeluarkan uang berkisar antara 20juta sampai 40 juta bahkan lebih, tergantung dari posisi dan lobi yang dilakukan dengan tim baperjakat. Hal yang lebih menarik kegiatan tang bersifat religius pun tak lepas dari unsur gaya hidup dan peningkatan status sosial. Misalnya ritual ibadah haji, dalam masyarakat madura semakin sering seorang individu masyarakat melaksanakan ritual ibadah haji maka previlens serta prestise yang akan diperloleh dari masyarakat akan semakin meningkat. Mereka akan dihormati, disegani, bahkan tutur kata-nyapun akan menjadi panutan. Kata Kunci : Pejabat, Konsumsi, Jabatan, Perilaku Sosial
AbstractionABSTRACT This study is a qualitative research which refers to the paradigm of social definition, the approach used is the deskriptif approach. In this study, researchers sought to understand the picture of the lifestyle of elite bureaucrats, elite bureaucrats how to understand the meaning of the behavior does in interaction with the community. This research was held in the district of Sampang, to take place in the village environment Dalpenang Sampang District of Sampang. Sukyek this study was village chief and deputy headman Dalpenang Dalpenang, Secretary Village, Echelon II and III occupying strategic positions. In consideration that the selection of these subjects may address issues regarding the description of the lifestyle of two groups of data collection, namely the secondary data and primary data. Secondary data were obtained through books, articles, results of previous studies observation and interviews with the study subjects. Technical analysis of the data in this study using domain analysis, taxonomy and componential. From the findings of the data obtained through a set list of questions as well as through in-depth interviews on the subject of research, have gained true as follows: lifestyle that leads to consumptive life pattern has occurred in the form of a tendency to consume goods and beraspek erzats expressively. Lifestyle patterns developed elite bureaucrats, is a form of resistance against the establishment of social construction of this line with the thinking of Mike Fitherstone, that aspect of the consumption patterns of urban communities is not only directed to meet the real needs or pure economic transactions, but also for the sake of status and prestige. From the findings of the data obtained information that in terms of opportunity most of the study subjects did not have a chance every day shopping, especially shopping at shopping centers in the city of Surabaya, whereas for most of the market to the commissioned research subjects housekeeper to shop. But most of the research subjects are not concerned about the price factor, mileage, transportation and time. In consuming goods mostly not pay attention to the price factor, because in everyday life have a more than adequate income. The majority of the study subjects did not know the scale of priorities in consuming goods. The main thing they notice is the comfort factor, the quality, completeness, and prestige. This is reflected in the behavior of shopping at shopping centers such as SOGO and other shopping centers. City life full of labor-intensive activities, leisure activities become a basic requirement for the elite bureaucrats. This is evident from the motivation in doing recreational activities with family ddan friends, namely to relieve fatigue and physical and mental strain, and not a few who have the motivation to improve the status and prestige. Land and homes that have high economic value, makes almost all the research subjects vying to own the land and the house is more than one. Motivation in these activities, which is to invest in the future and not a few who have the x motivation to improve the status and prestige. From the location of the ownership of the land and the house was located in strategic locations and the elite, both within cities and outside cities such as Surabaya, poor and stones. Position and title in the career into the land to improve the social status and prestige in society. Interesting things obtained in the field, there have been a practice of buying and selling positions in the local government district Lacker, a position that is strategic or wet each individual must spend money ranging 20juta to 40 million or more, depending on the position and lobbying by baperjakat team. It is more interesting activities are religious tang was not separated from other lifestyle factors and an increase in social status. For example rituals of the Hajj, the Madura people more often an individual communities carry out rituals of Hajj then previlens and prestige will diperloleh of society will increase. They will be honored, respected, even speech-nyapun will be a role model. Keywords: Acting, Consumption, Occupation, Social Behavior