Detail Karya Ilmiah
-
IDENTIFIKASI INEFISIENSI DAN PENGUKURAN KINERJA PRODUKSI BERSIH PADA SENTRA UKM BATIK (STUDI KASUS: PADA USAHA INDUSTRI KECIL BATIK DI KABUPATEN BANGKALAN)Penulis : RIZKA AGUSTIN P.Dosen Pembimbing I : RETNO INDRIARTININGTIAS, S.T., M.T.Dosen Pembimbing II :NACHNUL ANSORI, S.T.,M.T.Abstraksi
Batik merupakan salah satu karya seni rupa dengan media kain (Nurdalia, 2006). Batik adalah aset budaya Indonesia dan merupakan sektor industri yang cukup berdampak (impact) pada perkembangan teknologi. Secara ekonomi industri batik cukup memberikan peningkatan terhadap pemasukan devisa negara dan juga menciptakan lapangan kerja baru (Veronika, 2006). Produk yang dihasilkan dituntut untuk memiliki kualitas yang tinggi dan dituntut untuk mengelola produksinya sesuai dengan aturan dan standar yang berkaitan dengan dampak lingkungan seperti ISO 14001, Ecolabelling (Purwanto, 2005). Kecamatan Tanjung Bumi salah satunya yang merupakan daerah sentra batik terbesar di Kabupaten Bangkalan. Terdapat 10 UKM terbesar yang ada di desa Tajung, 10 UKM ini belum menerapkan produksi bersih dengan baik.Dapat dilihat dan dirasakan adanya perubahan kondisi lingkungan disekitarnya, terutama ekosistem lingkungan perairan sungai dan pantai di Tanjung Bumi Bangkalan. Dengan adanya inefisiensi pada proses produksi batik tradisional dapat mengurangi nilai ekonomi, karena adanya peningkatan biaya produksi. Selain itu volume limbah yang dihasilkan tentu membutuhkan biaya dalam pengolahan limbah. Ditinjau dari nilai pH terdapat 8 UKM yang melebihi baku mutu air limbah, yaitu UD Ruslindo, Pattimura, UD Al faruq, Ahmadi, Halimah, UD Sumber Arafat, Putri madura dan Potre koneng. Ditinjau dari nilai BOD 10 UKM ini tidak melebihi baku mutu air limbah. 10 UKM batik ini memiliki nilai debit air limbah yang melebihi debit limbah yang diperbolehkan. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair yang terbuang ke lingkungan lebih banyak. Limbah cair yang terbuang ke lingkungan akan merusak ekosistem dan lingkungan hidup.
AbstractionBatik is a work of art with fabric medium (Nurdalia, 2006). Batik is Indonesia's cultural assets and an industrial sector that have an impact on the development of technology. In the economic front, the batik industry increases foreign exchange earnings and also creates new job opportunities (Veronika, 2006). The resulting products are required to have a high quality and demanded to manage the production in accordance with the rules and standards relating to environmental impacts such as ISO 14001, Ecolabelling (Purwanto, 2005). Tanjung Bumi Sub-district is one of the largest batik centers in Bangkalan region. There are about 10 SMEs in Tajung village, and they have not implemented clean production properly. It can be seen and felt the changes in their environment, especially rivers and aquatic ecosystems in the coastal district of Sub-district Tanjung Bumi, in Bangkalan region. With the inefficiency in the process of traditional batik production, it can reduce the economic value, due to an increase in production costs. In addition, the volume of waste generated in the process certainly requires cost for the sewage treatment. Judging from the pH value, there are 8 SMEs are in excess of the quality of waste water, they are UD Ruslindo, Pattimura, UD Al faruq, Ahmadi, Halimah, UD Sumber Arafat, Putri madura dan Potre koneng. Evaluated from BOD value, those 10 SMEs are not to exceed waste water quality standards. Those 10 Batik SMEs have a wastewater discharge that exceeds the allowable waste discharge. This shows that the wastewater discharged into the environment is too much. Liquid waste discharged into the environment will damage the ecosystem and the environment.